Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/08/cara-membuat-link-bergoyang-di-blog.html#ixzz28xrWTRe3
ENO SOCIALIST "Keterasingan Dalam Kemunafikan"

Kamis, 08 Maret 2012

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada hari Jum’at 17 Agustus 1945  Jam 10:00 WIB, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno yang didampingi Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Menteng Jakarta Pusat.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang”Dokuritsu Junbi Cosakai”. Berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang ”Dokuritsu junbi Inkai”. Untuk lebih mempertegas keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan Sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaanya.   
Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI dan Rajiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 KM di sebelah timur laut Saigo Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Sjahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945 Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan Proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945, dua hari kemudian saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat Vietnam, Sutan Sjahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat Vietnam sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis antara anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat Vietnam.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah dan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, juga berakibat sangat fatal jika para pejuang Indoensia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Sjahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Sjahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan Proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan hadiah dari Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Tentara dan angkatan laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang akan bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidang ingin terburu-buru, meraka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningspein (Medan Merdeka) tapi kantor tersebut kosong. Soekarno, Hatta dan Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda di Jl. Medan Merdeka Utara. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat Vietnam, sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoensia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus 1945. keesokan harinya di kantor Pejambon Nomor 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan proklamasi kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambil alihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda pergerakan bawah tanah kelompok Sjahrir dan beberapa golongan. Rapat PPKI pada tanggal 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.

 Peristiwa Rengas Dengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana yang konon kabarnya terbakar gelora Heroismenya setelah berdiskusi dengan ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA dan pemuda lain mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 Tahun) dan Hatta  ke Rengasdengklok, Karawang Jawa Barat. Yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Tujuannay adalah agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang, disini mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang apapun resikonya. Di Jakarta golongan muda Wikana dan golongan tua Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indoensia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing.
Mengingat Hotel Des Indes (sekarang komplek pertokoan di Harmoni, Jakarta Pusat) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indoensia. Pertemuan Soekarno, Hatta dengan Mayor Jenderal Nishimura dan Laksamana Muda Maeda. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, kepala staff tentara ke XVI (angkatan darat) Jepang yang menjadi kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Soekarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang untuk menerima kedatangan rombongan tersebut.
Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberikan izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat , Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh sekutu. Akhirnya Soekarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan mengahlangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tahu. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung angkatan laut (kaigun) didaerah angkatan darat (rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Soekarno-Hatta menuju rumah Laksamada Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapka teks proklamasi. Setelah menyapa Soekarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks proklamasi dilakukan oleh Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuri melik.
Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Soekarno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti “tansfer of power”. Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan. Sajuti Melik menyalin dan menegtik naskah tersebut menggunakan mesik ketik yang diambil dari kantor perwakilan Al Jerman, milik Mayor (laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awal pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 (Sekarang Jalan Proklamasi).
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indoensia berlangsung pukul 02.00 s/d 04.00 WIB dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di Laksamana Tadashi Maeda Jalan Imam Bonjol No.1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Soekarno sendiri. Diruang depan, hadir B.M. Diah, Sajuti Malik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi itu diketik oleh Sajuti Melik. Pagi harinya 17 Agustus 1945, dikediaman Soekarno Jalan Peganggsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera merah putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikebarkan dan disusul dengan sambutan oleh Soewirjo wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi pimpinan Barison Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakuakn oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklaj Latief Hendraningrat seorang prajurit PETA dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemuda muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera merah putih (sang saka merah putih) yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indoensia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barsian pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Lapangan Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan proklamasi namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustur 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoensia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. dengan demikian terbentuklah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) denagn kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyart (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indoensia  yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Cara penyebaran teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
Gedung Menteng 31 yang digunakan sebagai tempat pemancar radio yang baru. Wilayah Indonesia sanagtlah luas, komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Disamping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oelh pasukan Jepang di Indoensia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama diluar pulau Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang pada kahirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indoensia.
Peneybaran proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks prolamasi telah sampai ditangan kepala bagian radio dari kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis) supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah sebab mengetahu berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang etrsebut memerintahkan penghentian siaran berita prokalamsi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 WIB saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio diantaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31 deangn kode panggilan DJK 1. dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitan tanggal 20 Agustus 1945 membuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undnag-undnag Dasar Negara Republik Indoensia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sajuti Melik, dan Sumanang.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat indoensia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api. Misalnya dengan slogan Respect our Constitution, August 17 ! (hormatilah konstitusi kami tanggal 17 Agustus !). Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita prolamasi kemerdekaan Indoensia dapat tersebar luas diwilayah Indoensia dan di luar negeri. Disamping memalui media masa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
-          Teuku Mohammad Hasan dari Aceh
-          Sam Ratulangi dari Sulawesi
-          Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali)
-          Hamidan dari Kalimantan.           



Tidak ada komentar: