Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/08/cara-membuat-link-bergoyang-di-blog.html#ixzz28xrWTRe3
ENO SOCIALIST "Keterasingan Dalam Kemunafikan"

Kamis, 08 Maret 2012

SOSIALISME

Pengertian
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Prancis “social” yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1830.  Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Dalam arti tersebut ada empat aliran yang dinamakan sosialisme; sosialis demokrat, komunisme, anarkisme dan sinkalisme. Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abag 19 yaitu sejak terbitnya buku Karl Marx, ”Manifes Komunis” tahun 1848. sosialisme itu sebagai faktor yang sangat menetukan jalannya sejarah umat manusia.
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kemasyarakatan tertentu yang berhasrat mengusai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya menegnai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan revolusi, persuasi, konstitusional parlementer, dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revolusi industri. Adanya kemiskinan, kemelaratan, kebodohan kaum buruh, maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata. Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari berbagai macam bentuk seperti sosialime utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan berbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme, dan Sosialis Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat.
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya. Dalam sosialisme tidak ada garis sentralisasi dan tidak bersifat internasional. Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti, sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial; persaudaraan; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum; dan komitmen pada perencanaan. Di negara-negara barat yang lebih makmur, sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di negara berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrilisasikan negara yang belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud menaikan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat.

Filsafat Marxisme
Secara historis, filsafat Marxisme adalah filsafat perjuangan kelas buruh untuk menumbangkan kapitalisme dan membawa sosialisme. Sejak filsafat ini dirumuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels tahun 1840-an dan terus berkembang. Filsafat ini telah mendominasi perjuangan buruh secara langsung maupun tidak langsung. Kendati usaha-usaha para akademisi borjuis untuk menghapus ataupun menelikung Marxisme, filsafat ini terus hadir didalam sendi-sendi perjuangan kelas buruh.
Oleh karena filsafat ini adalah miliknya buruh dan bukan hanya milik kaum intelektual. Marx menuangkan pemikirannya bukan untuk kaum intelektual dan para filsuf terpelajar, tetapi untuk digunakan kaum buruh dalam perjuangannya. Dalih bahwa buruh terlalu bodoh untuk bisa memahami dasar-dasar filsafat Marxisme adalah tidak lain usaha kaum borjuasi untuk memisahkan burh dari filsafat perjuangannya. Tidak ada yang bisa memisahkan burh dari filsafatnya karena dalam kesehari-hariannya buruh menghidupi filsafat ini dalam aktivitasnya di pabrik. Alhasil, burulah yang pada akhirnya mampu merenggut filsafat ini untuk digunakan dalam perjuangan melawan kapitalisme. Sejarah telah menunjukan bahwa pasukan kaum intelektual bersenjata Marxisme tidak pernah mencapai sejauh pasukan kaum buruh dengan senjata yang sama.
Marxisme adalah kata lain untuk sebuah filsafat yang bernama dialektika materialisme. Dialektika dan Materialisme adalah dua filsafat yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf barat dan juga filsuf-filsuf timur yang kemudian disatukan, disintesiskan, oleh Marx menjadi Dialektika Materialisme. Untuk memahami pokok-pokok Marxisme kita bisa memecahkannya menjadi tiga bagian seperti yang dipaparkan oleh Lenin; Dialektika Materialisme, Sejarah Materialisme, dan Ekonomi Marxis.
Ketiga bagian ini yang biasanya menjadi bagian utama dari Marxisme. Namun pada dasarnya, sejarah Materialisme adalah pemahaman sejarah dengan metode Dialektika Materialisme, dan Ekonomi Marxis  adalah pemahaman ekonomi dengan metode Dialektika Materialisme. Semua aspek kehidupan bisa ditelaah dengan Dialektika Materialisme, kebudayaan, kesenian, ilmu sains, dan lain-lain. Semua ini bisa dipelajari dengan metode Dialektika Materialisme, dan hanya dengan metode ini kita bisa memahami bidang-bidang tersebut dengan sepenuh-penuhnya.
Jadi pada dasarnya pokok dari Marxisme adalah Dialektika Materialisme. Oleh karenanya kita akan memulai dari pemahaman Dialektika Materialisme. Tanpa pemahaman Dialektika Materialisme, maka kita tidak akan bisa memahami sejarah Materialisme dan Ekonomi Marxis.    
 
Materialisme
Ketika kita berbicara mengenai Materialisme, kita berbicara mengenai filsafat Materialisme yang berseberangan dengan filsafat idealisme. Disini kita harus membedakan Materialisme yang kita kenal dalam perbincangan sehari-hari. Biasanya kalau kita mendengar kata materialisme, kita lantas berfikir ini berarti hanya memikirkan kesenangan duniawi, hanya suka berpesta pora, mementingkan uang diatas segala-galanya. Dan ketika kita mendengarkan kata idealisme, kita lalu berfikir ini berarti orang yang punya harapan, yang bersahaja dan punya mimpi dan cita-cita mulia. Pengertian sehari-hari ini bukanlah pengertian yang sesungguhnya untuk Materialisme dan Idealisme dalam artian filsafat.
Sepanjang sejarah filsafat ada dua kubu, yakni kubu idealisme dan kubu materialisme. Filsuf-filsuf awal Yunani Plato dan Hegel adalah kaum idealis. Mareka melihat dunia sebagai refleksi dari ide, pemikiran atau jiwa seorang manusia atau seorang makhluk maha kuasa. Bagi kaum idealis, benda-benda materid atang dari pemikiran. Sebaliknya kaum Materialis melihat bahwa benda-benda materi adalah dasar dari segalanya, bahwa pemikiran, ide, gagasan, semua lahir dari materi yang ada di dunia nyata. Ini bisa kita lihat dengan mudah. Sistem angka kita yang mengambil bilangan sepuluh, ini adalah karena kita manusia memiliki sepuluh jari sehingga kita pun menghitung sampai sepuluh. Bilamana manusia punya dua belas jari, tidak akan aneh kalau sistem angka kita maka akan mengambil bilangan dua belas bukan sepuluh. Jadi konsep dasar matematika bukanlah sesuatu yang datang dari langit, bukanlah sesuatu yang tidak ada dasar materinya. Kaum idealis akan berfikir bahwa bilangan sepuluh ini adalah konsep abadi yang akan selalu ada dengan atau tanpa kehadiran manusia berjari sepuluh.
Bahkan alam sadar kita adalah produk dari materi yakni otak kita sebagai salah satu organ tubuh kita. Bilamana otak kita rusak karena cedera, maka kita pun akan kehilangan kesadaran kita. Otak kita tidak lain adalah kumpulan sel-sel yang bekerja dengan zat-zat kimia. Maka tidak heran kalau kita menenggak banyak alkohol maka kesadaran kita pun akan terpengaruh, atau kalau kita mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau minum obat sakit kepala paramex yang bisa menghilangkan rasa sakit kepala kita. Kaum idealis sebaliknya mengatakan bahwa kesadaran manusia ini tidak ada sangkut pautnya dengan otak, bahwa kesadaran manusia itu abadi. Ilmu sains telah menihilkan idealisme dan sekarang kita tahu kalau otak adalah dasar materi dari kesadaran kita.
Kesadaran kita, cara berfikir kita, tabiat-tabiat kita, semua ini adalah akibat dari interaksi kita dengan lingkungan sekeliling kita, yakni dunia materi yang ada di sekita kita. Petani cara berfikirnya beda dengan buruh karena mereka dalam kesehari-hariannya kerja bercocok tanam di sawah, sedangkan buruh harus bekerja di pabrik dengan ratusan buruh lain dan mesin-mesin yang menderu. Oleh karenanya pun metode perjuangan buruh berbeda dengan kaum tani dan juga kesadarannya. Buruh karena terlempar masuk ke pabrik dalam jumlah ratusan dan ribuan punya kesadaran solidaritas dan berorganisasi yang pada umumnya lebih tinggi daripada kaum tani. Buruh membentuk serikat-serikat buruh, yang dalam sejarah secara umum merupakan lokomotif sejarah. Sedangkan petani karena biasanya bekerja terpisah-pisah dalam ladang mereka masing-masing solidaritas dan kesadaran berorganisasi mereka umumnya lebih rendah. Kita mengatakan secara umum karena kita tidak menihilkan bahwa ada juga petani-petani yang berorganisasi membentuk serikat tani. Misalnya dulu di Indonesia ada Barisan Tani Indoensia (BTI) yang sangat besar dan kuat, namun BTI pun eksis karena dorongan Partai Komunis Indonesia, yakni partai yang secara historis berbasiskan pada kelas buruh Indonesia. selain itu sejarah juga membuktikan bahwa pada umumnya organisasi buruh lebih matang, kuat dan konsisten daripada organisasi tani.
Dari contoh ini, tampaknya mudah bagi kita untuk menerima Materialisme sebagai filsafat kita. Namun, didalam kehidupan sehari-hari ternyata idealisme merasuk ke dalam cara berfikir kita tanpa kita sadari. Kaum kapitalis pun giat menyebarkan idealisme ke dalam cara berfikir rakyat pekerja guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ditanamkan kedalam pikiran kita bahwa ada yang namanya itu sifat alami manusia, dan bahwa sifat alami manusia ini adalah serakah dan egois. Oleh karena sifat alami manusia ini maka kapitalisme, sistem masyarakat yang berdasarkan persaingan antara manusia karena keserakahan mereka, adalah sistem yang paling alami dan akan eksis selama-lamanya sebagai sistem yang sempurna dan akhir. Pembenaran yang sering kita dengar dari para pembela sistem kapitalisme.
Kaum Materialis berfikir berbeda, bahwa sifat serakah dan egois manusia ini bukanlah sifat alami, bukanlah sebuah ide atau gagasan di dalam pikiran manusia yang jatuh dari langit. Materialisme mengajarkan bahwa sifat manusia itu adalah hasil dari interaksinya dengan dunia materi di luarnya, bahwa kesadaran manusia ditentukan oleh keberadaan sosialnya. Maka itu, sifat serakah dan egois manusia ini sesungguhnya adalah hasil dari sistem produksi dan sosial yang ada sekarang ini. maka memang tidak heran kalau kita melihat keserakahan dan keegoisan di masyarakat kita, karena sistem produksi kita membuat atau lebih tepatnya memaksa manusia menjadi seperti itu. keserakahan dan keegoisan manusia yang kita saksikan di jaman dahulu, ketika sistem produksi dan sosialnya bukanlah kapitalisme. Dari sudut pandang ini maka kita ubah sistem produksi dan sosial masyarakat, maka akan berubah juga tabiat dasar manusia. Perubahan ini tidak akan terjadi dalam sekejap, namun penggulingan kapitalisme dan pembangunan sosialisme akan menyediakan pondasi untuk pembangunan karakter manusia yang baru yang tidak berdasarkan keserakahan, tetapi berdasarkan semangat gotong royong yang sejati-jatinya.
Dari sini kita bisa lihat bagaimana filsafat idealisme ini pada dasarnya kontra revolusioner karena filsafat ini membenarkan kapitalisme sebagai sistem yang alami dan kekal. Sedangkan Materialisme adalah filsafat yang revolusioner, karena ia mengajarkan kita bahwa kapitalisme bukanlah sistem yang lahir dari apa yang disebut tabiat alami manusia tetapi justru sebaliknya bahwa tabiat manusia itu adalah hasil dari sistem sosial yang ada. Akan tetapi Materialisme tanpa Dialektika adalah Materialisme yang formalis dan kaku. Tanpa Dialektika, Materialisme tidaklah lengkap untuk bisa menjelaskan dunia.
    
Dialektika
Dialektika adalah satu cara pandang atas sesuatu dalam keadaan geraknya dan bukan dalam keadaan diamnya. Proposi dasar Dialektika adalah bahwa segala hal selalu ada dalam proses perubahan yang dinamik, yang sering kali prosesnya tidak terlihat dan tidak bergerak dalam garis lurus.
Untuk memudahkan kita memahami Dialektika, ada tiga hukum utama gerak Dialektika yang bisa kita rangkum ;
1.       Perubahan kuantitas menjadi kualitas.
2.       Kutub berlawanan yang saling merasuki
3.       Negasi dari negasi  

Perubahan kuantitas menjadi kualitas
Ada dua jenis perubahan, yakni perubahan kuantitas dan perubahan kualitas. Perubahan kuantitas adalah satu jenis perubahan yang hanya menyentuh besaran dari sesuatu hal atau benda. Sedangkan perubahan kualitas adalah sebuah perubahan dari satu sifat ke sifat yang lain. Di alam maupun ilmu sosial, kita dapat menyaksikan dua jenis perubahan ini. Hukum Dialektika mengajarkan bahwa pada saat tertentu perubahan kuantitas bisa beralih menjadi perubahan kualitas, bahwa perubahan tidak selalu berada dalam garis lurus tetapi pada momen tertentu mengalami loncatan.
Banyak sekali contoh di alam yang menggambarkan Hukum Dialektika ini, misalnya mendidihnya air. ketika kita menaikkan suhu air satu derajat dari 20 derajat ke 21 derajat, tidak ada perubahan kualitas. Air masih berbentuk air, yang terjadi hanya perubahan kuantitas. Kita bisa terus menaikkan suhu air ini satu derajat per satu derajat, hingga suhu air mencapai 99 derajat, dan air pun masih berbentuk air. Tetapi ketika kita naikkan satu derajat lagi dari 99 derajat ke 100 derajat, maka sesuatu loncatan terjadi sebuah perubahan kualitas air. Air mendidih dan berubah menjadi uap. Jadi perubahan satu derajat (perubahan kuantitas) mengakibatkan mendidihnya air menjadi uap (perubahan kuantitas). Hal yang sama juga benar untuk perubahan dari air menjadi es.
Tetapi Hukum Dialektika ini tidak terbatas pada alam saja, tetapi juga pada hubungan sosial manusia. Revolusi adalah perubahan kualitas. Masyarakat tidak berubah dengan perlahan-perlahan atau gradual, tetapi bergerak dengan loncatan-loncatan. Revolusi Prancis 1789, Komune Paris 1871, Revolusi Inggris, Revolusi Rusia, Revolusi Tiongkok, dan lain-lain. Semua ini adalah perubahan kualitas di dalam gerak masyarakat tetapi tidak hanya revolusi saja yang merupakan perubahan kualitas, kontra revolusi pun loncatan, sayangnya loncatan ke belakang. G30S (Gerakan 30 September) dan periode pembantaian 1965-1966 dapat dilihat sebagai sebuah perubahan kualitas di dalam gerakan buruh Indonesia, yakni perubahan dari periode revolusioner ke periode reaksi sebuah loncatan ke belakang.
Ledakan gerakan Reformasi 1998 pun adalah satu contoh perubahan kualitas. Setelah 32 tahun di bawah cengekraman rezim Presiden Soeharto, dimana tampak dipermukaan tidak ada perubahan kesadaran sama sekali kendati kesengsaraan rakyat yang makin parah, akhirnya ini semua berubah pada tahu 1997-1998. Rezim kediktatoran Soeharto sudah tidak bisa lagi ditahan dan rakyat pun hilang rasa takutnya dan terjadi loncatan kesadaran.
Revolusi Tunisia juga memberikan kita suatu contoh lagi akan peralihan dari perubahan kuantitas bmenjadi kualitas. Banyak orang pintar mengutarakan bahwa Revolusi Tunisia ini disebabkan oleh pembakaran diri Mohamed Bouazizi seorang penjual buah. Mohamed Bouazizi sering ditindas oleh polisi dan akhirnya dia tidak tahan lagi akan penindasan ini sehingga mengkahiri nyawanya dengan membakar diri. Pembakaran dirinya lalu menyulut Revolusi Tunisia yang berakhir menumbangkan kediktatoran Ben Ali. Namun dia bukan satu-satunya pedagang pasar yang sering ditindas aparat keamanan, dan ia bukanlah yang pertama yang bunuh diri karena tidak tahan kesengsaraan hidup. Di Indoensia sendiri, kita sering baca berita mengenai orang-orang miskin yang bunuh diri karena kemiskinan. Jadi pembakaran diri Mohamed Bouazizi bisa dilihat sebagai sebuah perubahan kuantitas yang lalu berubah menjadi perubahan kualitas. Dia adalah satu tetes air yang membuat bendungan kemarahan rakyat yang meluap. Seperti kata Engels :

necessity expresses it self through accident”  
(Friedrich Engels) 
Keniscayaan mengekspresikan dirinya lewat kecelakaan atau kebetulan.  Situasi masyarakat Tunisia memang sudah sangat panas, dan hanya butuh satu derajat celsius saja untuk membuatnya mendidih, dan satu derajat ini diwakili oleh pembakaran Mohamed Bouazizi.
     
Kutub berlawanan yang saling merasuki
Hukum Dialektika  kedua adalah kutub berlawanan yang saling merasuki. Hukum ini mengajarkan kepada kita bahwa kontradiksilah yang menggerakkan dunia. Akal sehat mencoba membuktikan bahwa semua kekuatan yang saling bertentangan adalah eksklusif satu sama lain, bahwa hitam adalah hitam, dan putih adalah putih. Akal sehat mencoba menyangkal kontradiksi sebagai bagian dari proses. Dialektika menjelaskan bahwa tanpa kontradiksi maka tidak ada gerak, tidak ada proses.
Hidup dan mati adalah dua hal yang saling bertentangan, tetapi mereka adalah dua proses yang saling merasuki. Kita hidup, jantung kita bergerak, memompa darah ke seluruh tubuh kita untuk memasok oksigen dan nutrisi ke setiap sel tubuh kita supaya mereka bisa hidup dan tumbuh. Tetapi pada saat yang sama, puluhan ribu sel di dalam tubuh kita mati setiap detiknya hanya untuk digantikan oleh yang baru. Proses hidup dan mati ini saling merasuki di dalam tubuh kita sampai kita menghela napas terakhir kita. Proses ini yang menggerakan kita.
Begitu pula masyarakat kita, yang bergerak karena kontradiksi. Revolusi sosial terjadi katika tingkat produksi manusia sudah bertentangan dengan sistem sosial yang ada. Inilah basis dari setiap revolusi di dalam sejarah umat manusia, dari jaman komunisme primitif, ke jalan perbudakan, ke jalan feodalisme, dan sekarang jaman kapitalisme. Kontradiksi antara tingkat produksi dan sistem sosial terus saling berbenturan, saling merasuki, dan menjadi motor penggerak sejarah. Di jaman kapitalisme, kontradiksinya adalah antara sistem produksi yang bersifat sosial dengan nilai surplus yang diapropriasi secara individual. Tidak ada satupun buruh yang bisa mengatakan bahwa dia sendirilah yang memproduksi sebuah komputer misalnya. Ribuan bahkan ratusan ribu buruh dari berbagai industri bekerja bersama memproduksi ribuan komponen terpisah yang lalu dirakit menjadi sebuah komputer. oleh karenanya sistem produksi kapitalisme adalah sistem produksi sosial. Namun nilai surplus, atau produk tersebut tidak menjadi milik sosial dan hanya menjadi milik pribadi, yakni segelintir pemilik alat produksi tersebut. Kontradiksi inilah yang lalu membawa perjuangan kelas kadang terbuka kadang tertutup antara burh dan kapitalis yang terus menerus mendorong masyarakat kita.

Negasi dari negasi
Hukum Dialektika yang ketiga adalah negasi dari negasi. Hukum ini bersinggungan dengan watak perkembangan melalui serangkaian kontradiksi yang terus menerus menegasi dirinya. Namun penegasian ini bukanlah penyangkalan penuh bentuk yang sebelumnya, tetapi penegasian dimana bentuk yang sebelumnya dilampaui dan dipertahankan pada saat yang sama. Manifestasi nyata hukum ini dapat kita lihat disekitar kita. Contohnya adalah perkembangan sebuah tanaman. Sebuah benih yang jatuh di tanah, setelah mendapatkan air dan cahaya matahari tumbuh menjadi kecambah, lalu kecambah ini terus tumbuh menjadi dewasa dan bila waktunya tiba maka kuncup-kuncup bunga pun muncul. kuncup bunga ini kemudian menjadi sebuah bunga dan bunga kecambah menegasi benih biji yang lalu dinegasi oleh kuncup bunga. Kuncup bunga ini lalu dinegasi oleh bunga yang mekar, yang lalu dengan sendirinya dinegasi lagi oleh buah dengan biji-biji di dalamnya. Setiap tahapan ini berbeda secara kualitas, saling menegasi tetapi masih mengandung esensi dari tahapan sebelumnya. Setiap tahapan pertumbuhan tanaman ini terus bergerak menjadi satu kesatuan organik.
Benih-benih baru tersebut akan mengulangi siklus yang sama lagi. Namun benih-benih baru ini tidak akan sama dengan benih yang sama karena dalam proses pembentukkannya ia telah menyerap berbagai elemen-elemen dari luar. Dalam bahasa sainsnya genetika benih baru ini telah mengalami perubahan melalui mutasi genetika yang disebabkan oleh berbagai faktor dan proses seperti sinar ultraviolet matahari, zat-zat kimia, dan sebagainya. Melalui proses polinasi antar tanaman. Tumbuhan ini mengalami evolusi dan terus berubah. Jadi siklus pertumbuhan tanaman bukanlah sebuah lingkaran tertutup yang harus berputar-putar dan mengulang-ulang. Tetapi sebuah siklus yang berbentuk spiral yang bisa terus naik dan juga bisa turun yang kalau dilihat dari satu sudut saja tampak seperti berputar-putar di satu tempat, tetapi kalau dilihat secara keseluruhan perputaran ini tidak diam di tempat tetapi bergerak naik secara spiral.
Sejarah pun demikian, para sejarawan borjuis terus mencoba membuktikan dan menanamkan di dalam pikiran rakyat kalau sejara ini hanyalah sebuah pengulangan yang tidak berarti yang terus bergerak dalam lingkaran tanpa akhir. Sementara Dialektika melihat sejarah sebagai sebuah perkembangan yang di permukaan mungkin tampak seperti pengulangan tak berarti namun pada kenyataannya ia bergerak terus ke bentuk yang lebih tinggi karena diperkaya oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya. Begitu juga dengan perkembangan gagasan dan sains di dalam masyarakat. Para alkemis zaman pertengahan memimpikan sebuah ”batu filsuf” yang mereka percaya bisa mengubah timah menjadi emas.
Di dalam pencarian utopis mereka ini, para alkemis ini menemukan berbagai pengetahuan kimia dan teknik-teknik kimia yang lalu menjadi pijakan awal untuk ilmu kimia modern. Dengan perkembangan ilmu sains yang berbarengan dengan perkembangan kapitalisme dan industri, ilmu kimia pun tidak lagi digunakan untuk mencari batu filsuf dan orang-orang yang masih memimpikan transmutasi timah menjadi emas dianggap gila. Menajdi sebuah hukum bahwa sebuah elemen tidak akan bisa diubah menjadi elemen yang lain. Akan tetapi di dalam perkembangannya ditemukan bahwa ternyata mungkin untuk mengubah satu elemen menjadi elemen yang lain dan bahkan secara praktek ini sudah terbukti. Jadi setelah berabad-abad alkemis menjadi sebuah kenyataan. Tentunya secara ekonomi biaya untuk mengubah timah menjadi emas terlampau besar sehingga membuatnya menjadi tidak praktis.
Di masa depan, bila tingkat teknologi dan produksi sudah mencapai ketinggian yang tidak pernah terbayangkan oleh kita, tidak akan mengejutkan kalau kita akan bisa mengubah timah menjadi emas dengan jentikan jari saia. Dengan demikian perkembangan ilmu kimia telah mengalami satu putaran; Dari transmutasi elemen (mimpi) ke non transmutasi elemen dan kembali lagi ke transmutasi elemen (kenyataan). Yang benar di alam juga benar di masyarakat, karena pada analisa terakhir gagasan-gagasan manusia mendapatkan dasar-dasarnya dari dunia materi. Pergerakan gagasan manusia, pergerakan masyarakat, semua mengikuti ilmu alam sebagai basis dasarnya.
Para filsuf bayaran kaum borjuis ingin memisahkan apa yang benar di alam dengan apa yang benar di masyarakat, karena hukum alam adalah hukum revolusioner. Ia adalah hukum perubahan yang terus bergerak bukan hanya dalam garis lurus tetapi juga dalam lompatan-lompatan. Setiap kelas penguasa tidak menginginkan perubahan karena mereka ingin terus hidup di dalam surga mereka yang abadi. Keabadian adalah filsafatnya kelas borjuasi. Dengan filsafatnya sendiri,  yakni filsafat Marxisme sebuah filsafat perubahan kaum buruh akan mengetuk pintu  surga abadi kaum borjuis, bila perlu mendobraknya dan membersihkan surga bumi ini dari parasit-parasit borjuasi itu.   
     
Pemikiran dan Politik
Sosialisme seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini mungkin karen akaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang di berbagai negara dengan tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan garis kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun garis-garis besar pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan partai sosialis.
Apa yang muncul dari pemikiran dan kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa sistem itu tidak memiliki doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme. Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara komunis. Istilah Sosialis lebih disukai daripada Komunis karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari negara kapitalis ke arah negara komunis atau ”Masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa masa transisi itu terjadi dengan bentuknya ”Negara Sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah ”Negara Demokrasi Rakyat”. Di pihak lain negera diluar negara sosialis, yaitu negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di negara barat memakai sebutan ”Sosialis Demokrat
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai ideologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan revolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
Pertalian antara demokrasi dan sosialisme merupakan satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Ditinjau dari segi sejarah sosialisme, segera dapat diketahui gerakan sosialis yang berhasil telah tumbuh hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia, Belgia. Mengapa demikian sebab pemerintahan yang demokratis dan konstitusional pada umumnya diterima kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada programnya yang khusus, meskipun program itu tampak terlalu luas yakni; menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah mengakhiri ketidaksamaan yang didasarkan atas kelahiran dan tidak atas jasa, membuka lapangan pendidikan bagi semua rakyat, memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua dan sebagainya.
Sosialisme mempunyai persamaan dalam satu hal yaitu membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke lapangan bukan politik dari masyarakat. Sejarah menunjukan, masalah kemerdekaan merupakan dasar bagi kehidupan manusia. Kemerdekaan memeluk agama, kepercayaan, mendirikan organisasi politik dan sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi telah tertanam kuat dalam hati dan pikiran rakyat maka kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada aspek lain.
Sosialisme hanya dapat berkembang dalam lingkungan masyarakat dan pemerintahan yang memiliki tradisi kuat dalam demokrasi. Pada saat kaum sosialis berhasil memegang kekuasaan, pemerintahan masih tetap diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk ikut ambil bagian (sebagai oposisi) dan mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang diperoleh tidak bersifat permanen.    

Tidak ada komentar: