H. Rosihan Anwar (lahir di Kubang Nan Dua, Sirukam, Kabupaten Solok, 10 Mei 1922 – meninggal
di Jakarta, 14 April 2011 pada umur 88
tahun) adalah tokoh pers Indonesia,
meski dirinya lebih tepat dikatakan sebagai sejarawan, sastrawan, bahkan budayawan.
Rosihan yang memulai karier jurnalistiknya
sejak berumur 20-an, tercatat telah menulis 21 judul buku dan mungkin ratusan artikel di hampir semua koran dan majalah utama di Indonesia dan di beberapa penerbitan asing.
Biografi
Anak keempat dari sepuluh bersaudara putra Anwar Maharaja Sutan,
seorang demang diPadang, Pantai Barat Sumatera ini
menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Ia pun melanjutkan
pendidikannya ke AMS di Yogyakarta. Dari sana
Rosihan mengikuti berbagai workshop di dalam dan di luar negeri, termasuk di Universitas Yale dan School of Journalism di Universitas Columbia, New York City, Amerika Serikat.
Rosihan telah hidup dalam 'multi-zaman'. Di masa perjuangan,
dirinya pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukit Duri, Batavia (kini Jakarta).
Kemudian pada masa Presiden Soekarnokoran miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup
oleh rezim saat itu. Namun pada masa peralihan pemerintah Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah sebagai wartawan sejak
sebelum Revolusi Indonesia
dengan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Sayangnya rezim Orde Baru ini pun menutup
Pedoman pada tahun 1974-kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di leher para
penerimanya.
Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya
pada masa pendudukan Jepang tahun 1943
hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961).
Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI). Bersama Usmar Ismail, pada 1950 ia
mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus
menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah
Laguku. Sejak akhir 1981, aktivitasnya di film adalah mempromosikan film
Indonesia
di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai akhir hayatnya.
Rosihan Anwar menikahi Siti Zuraida, yang terhitung kerabat M.
Husni Thamrin, pahlawan nasional dari Betawi, pada 1947. Pasangan ini
dikaruniai tiga anak dan sejumlah cucu[1]. Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah,
yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946 mendapat penghargaan 'Life Time
Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat.[2]
Rosihan Anwar meninggal dunia pada hari Kamis, 14 April 2011 pukul
08.15 WIB di Rumah Sakit Metropolitan Media Center (MMC) Jakarta dalam usia 89
tahun[3], diduga karena gangguan jantung.
Pendidikan
-
HIS, Padang
(1935)
-
MULO, Padang
(1939)
-
AMS-A II, Yogyakarta (1942)
-
Drama Workshop, Universitas
Yale, AS (1950)
-
School of Journalism, Columbia
University New York,
AS (1954)
Karier
-
Reporter Asia Raya, (1943-1945)
-
Redaktur harian Merdeka, (1945-1946)
-
Pendiri/Pemred majalah Siasat (1947-1957)
-
Pendiri/Pemred harian Pedoman, (1948-1961)
-
Pendiri Perfini (1950)
-
Kolumnis Business News, (1963 -- sekarang)
-
Kolumnis Kompas, KAMI,
AB (1966-1968)
-
Koresponden harian The Age, Melbourne, harian Hindustan Times New
Delhi, Kantor Berita World Forum Features, London, mingguan Asian, Hong Kong
(1967-1971)
-
Pemred harian Pedoman, (1968-1974)
-
Koresponden The Straits, Singapura dan New Straits Times, Kuala Lumpur (1976-1985)
-
Wartawan Freelance (1974 -- sekarang)
-
Kolumnis Asiaweek, Hong Kong
(1976 -- 2011)
-
Ketua Umum PWI Pusat (1970-1973)
-
Ketua Pembina PWI Pusat (1973-1978)
-
Ketua Dewan
Kehormatan PWI Pusat (1983 -- 2011)
-
Kegiatan
Lain
-
Wakil Ketua Dewan Film Nasional (1978 -- 2011)
-
Anggota Dewan
Pimpinan Harian YTKI (1976 -- 2011)
-
Committee Member AMIC, Singapore (1973 -- 2011)
-
Dosen tidak tetap Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1983
-- 2011)
Karya
-
Ke Barat dari Rumah, 1952
-
India dari Dekat,
1954
-
Dapat Panggilan Nabi Ibrahim, 1959
-
Islam dan Anda, 1962
-
Raja Kecil (novel), 1967
-
Ihwal Jurnalistik, 1974
-
Kisah-kisah zaman Revolusi, 1975
-
Profil Wartawan Indonesia,
1977
-
Kisah-kisah
Jakarta setelah Proklamasi, 1977
-
Jakarta menjelang
Clash ke-I, 1978
-
Menulis Dalam
Air, autobiografi, SH, 1983
-
Musim Berganti, Grafitipers, 1985
-
Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia Jilid
1, 2004
-
Bintang Mahaputra III (1974)
-
Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan (2005)
-
Life Time Achievement (2007)
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar