Prof. Dr. Sarbini Sumawinata (lahir di Madiun, Jawa Timur, 20 Agustus 1918 – meninggal diJakarta, 13 Maret 2007 pada umur 88 tahun) adalah seorang ekonom dan guru besar Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia yang berjasa bagi negara karena pada 1965 ia merupakan salah seorang pertama yang
memperkenalkan konsep pembangunan ekonomi kepada Jenderal Soehartoyang saat itu masih menjabat sebagai Panglima Komando
Strategi dan Cadangan Angkatan Darat(Kostrad). Konsep ini kelak menghasilkan perbaikan ekonomi
negara pada awal pemerintahanOrde
Baru.
Menjadi penasihat
Soeharto
Pada tahun 1966,
Jenderal Soeharto yang menjabat sebagai Ketua Presidium Kabinet
Ampera yang resminya masih berada dibawah pimpinan Presiden Soekarno membentuk Tim Ahli Ekonomi yang dipimpin oleh
Prof. Widjojo Nitisastro dan Tim Ahli Politik yang dipimpin oleh
Prof. Sarbini, dengan Ali Moertopo sebagai Asisten Pribadi Ketua Presidium
Bidang Politik.
Meskipun berlatar
belakang sebagai seorang ekonom, Sarbini ternyata sangat paham soal politik. Ia
ternyata sangat kritis dalam masalah politik, sehingga tidak jarang ia
berseberangan jalan dengan Jend. Soeharto.
Menjadi orang
sipil kembali
Pada tahun 1968,
Soeharto selaku Presiden membentuk kabinet dan membuarkan kedua Tim Ahlinya.
Karena itu Sarbini kembali menjadi orang sipil dan menjadi pemimpin buletin
ekonomi Business News
Meskipun demikian,
Sarbini tetap menyumbangkan pemikiran kritisnya terhadap sistem politik negara.
Misalnya, ia pernah mengajukan pemikirannya tentang bahaya militerisme dan pentingnya kesetaraan dalam
hubungan kerja sama sipil-militer dan kebebasan pers.
Sarbini juga tidak segan-segan mengkritik pemerintahan Orde Baru yang
dinilainya membawa Indonesia ke dalam jurang kehancuran.
Sekitar Malari
1974
Pada awal Orde
Baru, pemerintah Indonesia meninggalkan kebijakan pemerintahan Soekarno yang menasionalisasi perusahaan-perusahaan
asing dan menolak modal asing. Sebaliknya, pemerintah menerbitkan Undang-Undang
Penanaman Modal Asing (1968) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (1969) yang
dimaksudkan untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya investor asing. Akibatnya
modal asing, terutama dari Jepang membanjiri Indonesia dan menghimpit banyak
pengusaha kecil nasional.
Pada awal 1974 Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka berkunjung ke Indonesia, dan meletuslah
huru-hara yang disebut sebagai peristiwa Malari. Dalam kaitan itu Prof. Sarbini sempat
ditahan selama 808 hari dengan tuduhan terlibat dalam huru-hara itu, meskipun
ia tak pernah diajukan ke pengadilan.
Pemikiran Sarbini
Banyak orang
kurang mengenal Prof. Sarbini Sumawinata sebagai tokoh sosialis Indonesia. Ia giat mengembangkan gagasan
ekonomi kerakyatan demi peningkatan kesejahteraan rakyat pedesaan. Negara,
katanya, perlu melakukan investasi besar untuk menghancurkan sisa-sisa feodalisme dan kolonialisme yang terus membelenggu rakyat pedesaan.
Sarbini juga
menganjurkan berbagai langkah modernisasi dalam bidang pertanian. Industrialisasi keraykatan yang mencakup semua sektor kehidupan desa,
seperti pertanian, perikanan, perdagangan, angkutan, perbankan, dll. perlu dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan masyarakat desa.
Sarbini yakin
bahwa bila pembangunan rakyat pedesaan ini dapat dilaksanakan, maka cita-cita
peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia akan tercapai, sebagaimana yang
dicita-citakan oleh para pendiri republik ini, yaitu Bung Karno, Bung Hatta dan Bung Sjahrir.
Sarbini ingin
meneruskan cita-cita Partai Sosialis Indonesia dalam menegakkan sosialisme kerakyatan sebagai alternatif terhadap sistemkapitalisme yang dianggapnya merongrong kehidupan
bangsa Indonesia.
Kematian
Prof. Sarbini
meninggal dunia pada 13 Maret 2007 setelah hampir seminggu dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina setelah menderita tipusdan
infeksi lambung. Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa ia meninggal
dunia karena gagal jantung. Jenazahnya dimakamkan diTaman Pemakaman
Umum Jeruk Purut, Jakarta, pada 14 Maret 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar